Selasa, 22 November 2011

Sentra Produksi Abon Lele

Meski Abon lele masih kalah populer jika dibandingkan dengan abon sapi, namun animo konsumen akan olahan yang satu ini cukup besar. Selain memiliki kandungan protein, abon lele dikenal memiliki kandungan lemak yang rendah sehingga baik untuk kesehatan. Salah satu sentra olahan abon lele di Kelurahan Kembaran Kulon ternyata cukup eksis dalam bisnis makanan yang satu ini. Abon lele mampu menambah nilaie konomis bagi daging ikan lele. Selain itu daging ikan lele yang sudah diolah menjadi abon bisa lebih awet untuk disimpan dalam waktu lama tanpa kehilangan kandungan gizi dan protein.

Untuk membuat abon lele , 10 kilogram lele segar bisa menghasilkan 3 kilogram abon siap dikonsumsi. Harga 1 kilogram lele segar sekitar Rp.11.000 sedangkan harga abon lele satu kilogram bisa dijual sekitar 130 ribu rupiah. Dengan berbekal modal 10 kilogram lele segar bisa dihitung berapa keuntungan dari bisnis yang satu ini.

Pasar abon ikan lele ini selain bisa dipasarkan melalui warung, swalayan dan toko-toko makanan ternyata sudah menempus pasar ekspor ke Eropa. Kendala pengetahuan teknis mengenai tatacara ekspor ditengarai menjadi masalah masih rendahnya ekspor abon lele.

Jika anda tertarik dengan mencicipi gurihnya bisnis abon lele ini, tidak ada salahnya jika anda mencoba membuat sendiri abon lele. 

Berikut langkah-langkahnya:
  1. Pilihlah lele yang segar dan baik.
  2. Pisahkan daging dan kulit ikan lele. Tunggu beberapa saat setelah lele mati agar lebih mudah dalam proses pemisahan.
  3. Cuci bersih kemudian kukus selama sekitar 30 menit.
  4. Pisahkan duri tengah lele dengan daging kemudian tiriskan.
  5. Siapkan bumbu-bumbu antara lain bawang merah, bawang putih, kunyit, lengkuas, gula merah, garam dan bumbu-bumbu lain. Tambahkan pula daun jeruk dan serai.
  6. Haluskan semua bumbu dan tumis kurang lebih lima menit.
  7. Masukkan ikan lele dan diaduk rata kurang lebih 15 menit. Daging ikan lele akan berubah menjadi coklat, tungu sampai seluruh minyak keluar dari daging lele.
  8. Masukkan daging pada mesin press dan dipress selama 3-5 menit. Setelah itu tiriskan di atas kertas minyak agar abon lele tidak menggumpal.
  9. Abon siap disajikan atau dikemas kemudian dipasarkan.
Selamat Mencoba.

Sentra Produksi Manco

Mungkin Anda sudah tidak asing lagi dengan jajanan yang disebut manco. Di Purbalingga (Jateng), produsen manco yang paling besar dan sudah terkenal adalah Sumarjo (60), warga Jl. AW Soemarmo - RT 3/RW 2 Kelurahan Kembaran Kulon. Lebih jelasnya, tempat usaha sekaligusgrosir makanan kecil itu, berada 50 meter ke arah utara dari simpang empat Sirongge.Jajanan berupa kue kering ini, terbuat dari tepung ketan/tepung tapioka, gula, dan wijen. Rasanya manis, gurih, dan renyah. Pokoknya, mak nyussss......Jajanan ini lebih nikmat kalau dimakan sebagai teman minum kopi atau teh, sehingga cocok sebagai hidangan buat tamu yang datang ke rumah. Cocok jugabuat oleh-oleh.

Menurut Sudarsono STL (35)--anak kedua Sumarjo--usaha pembuatan manco dirintis kurang lebih 40 tahun yanglalu, ketika ayahnyamasih berusia 20 an tahun. Kini, Sumarjo mewariskan usahanya kepada anak-anaknya yang semuanya berjumlah enam orang. Jatuh bangun Sumarjo jalani dalam mengelola usaha pembuatan manco, hingga usaha itu kini berkembang pesat.

Ada dua jenis manco yang diproduksi di sini, yakni manco dengan bahan baku tepung tapioka dan tepung ketan. Harga jual manco dengan bahan baku tepung tapioka Rp 15.000,-/kg, sedangkan dengan bahan tepung ketan Rp 35.000,-. Hargamanco dengan bahan tepung ketan lebih mahal dua kali lipat lebih dibanding berbahan tepung tapioka, karena harga beras ketankini juga mahal. Manco dengan kedua bahan baku itu, sama-sama larisnya.Di pasaran, manco bikinan Sumarjo diberi label/cap"Nona Carmel".

Untuk menghasilkan manco dengan rasa wijen, Sumarjo tidak sembarangan menggunakan bahan wijen. Namun ia mendatangkan wijen khusus dari Makasar, yang kualitasnya memang baik.

Diakui Sudarsono yang didampingi adiknya, Siti Maesyaroh (28), kue kering manco menjadi buruan orang setiapmenjelang hari raya Idul Fitri, dan pada saat banyak hajatan. Sebab pada acara istimewa itu, manco menjadi suguhan wajib di setiap rumah, atau dijadikan oleh-oleh.

Pada hari-hari ramai, di mana permintaan meningkat, Sumarjo yang dibantu sejumlah tenaga kerjanya, dalam sehari mampu menggoreng manco antara 400 kg hingga 500 kilo gram. Namun pada hari-hari biasa, rata-rata 200 kg.

Selama ini, manco bikinan Sumarjo sudah menembus pasar diPekalongan, Tegal, Pemalang, Purwokerto, Banjarnegara dan Purbalingga serta sekitarnya. Selain pembeli datang untuk kulakan, Sumarjo juga melayani pembeli perorangan atau eceran.

Di tempat grosir makanan kecil yang dikelola Sumarjo (Telp: 0281-891995), selain manco, juga dijual aneka produk makanan kecil bikinan Sudarsono, seperti makaroni, potato (sari kentang), dan emping jagung.